Para siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh mengunjungi Museum Aceh. (Foto: Dok. SMAN 11 BNA) |
Banda Aceh – Sebanyak
32 siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh mengunjungi Pameran Koleksi Filologika di
Museum Aceh, pada Sabtu (12/8/2023). Diketahui, sebanyak 75 koleksi filologika
milik 17 museum se-Sumatera ditampilkan dengan panorama yang menawan.
Guru Sejarah di SMA Negeri 11 Banda Aceh, M Yusrizal,
yang menginisiasi lawatan sejarah ini mengatakan, kunjungan tersebut merupakan
implementasi dari Kurikulum Merdeka dengan agenda Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5).
Dikatakan Yusrizal, lawatan sejarah yang mengusung tema “Dari
Kerajaan hingga Merdeka, Aceh dalam Bingkai Nusantara” adalah sebuah program garapan
karya tulis ilmiah bagi puluhan peserta didik SMA berjuluk “Trieng Kuneng” itu.
“Program ini bagian dari penerapan Projek Kurikulum
Merdeka atau dikenal dengan P5. Para siswa, didampingi dewan guru akan menggarap
karya tulis ilmiah terkait sejarah Aceh,” sebutnya.
Pelepasan keberangkatan rombongan lawatan sejarah ke Museum Aceh (Foto: Dok. SMAN 11 BNA) |
Dijelaskannya, proyek tersebut difokuskan pada situs-situs
sejarah yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar. Para siswa akan melakukan studi
lapangan ke beberapa situs tersebut, untuk selanjutnya melahirkan karya tulis
maupun karya digital berupa video pembelajaran.
“Siswa diberikan kemerdekaan untuk mengeksplorasi sendiri
sumber-sumber belajar di lapangan. Materi pembelajaran tidak hanya sebatas buku
ajar dan lingkungan sekolah, namun juga lingkungan tempat tinggal para siswa
agar pembelajaran lebih konstektual,” ucap Yusrizal.
T Zaki Al-Afkar, salah satu peserta dalam lawatan sejarah
tersebut mengaku senang dengan pembelajaran pada ruang terbuka. Menurutnya, wawasan
kearifan lokal terkait Aceh sangat dibutuhkan oleh siswa pada era digital ini,
mengingat banyaknya pengaruh luar yang dapat memudarkan rasa kecintaan
muda-mudi terhadap daerah sendiri.
“Generasi muda perlu belajar tentang sejarah, bahasa,
budaya daerahnya sendiri. Pameran filologi ini menjadi tempat pembelajaran yang
menyenangkan bagi kami para siswa,” kata Zaki, salah satu siswa yang begitu
tertarik mempelajari sejarah Aceh.
Pada kesempatan lain, Kepala SMA Negeri 11 Banda Aceh,
Nuriati, mendukung program tersebut. Ia mengatakan, sekolah memberikan ruang
gerak yang fleksibel bagi dewan guru dan para siswa dalam pembelajaran.
“Kegiatan ini bagian dari P5, pelajarilah sejarah Aceh
lebih mendalam lalu hasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat luas,”
pesan Nuriati saat melepas rombongan untuk melakukan lawatan.
Pameran Koleksi Filologika di Museum Aceh (Foto: Dok. Disbudpar Aceh) |
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal, saat membuka pameran tersebut, Kamis
(10/8/2023), mengajak masyarakat Aceh, wisatawan nusantara dan mancanegara
untuk melihat langsung pameran koleksi filologika di Gedung Pameran Temporer
Museum Aceh.
Koleksi filologika yang dipamerkan merupakan milik Museum
Aceh, Museum Tsunami Aceh, Museum Sumatera Utara, Museum Adityawarman Sumatera
Barat, Museum Sang Nila Utama Riau, Museum Siginjei Jambi, Museum Balaputra
Dewa Sumatera Selatan, Museum Bengkulu, Museum Ruwa Jurai Lampung, dan Museum
Sriwijaya.
Lalu ada juga koleksi filologika dari Museum Pidie Jaya,
Museum Kota Lhokseumawe, Museum Samudera Pasai Aceh Utara, Museum Bireuen,
Museum Kota Langsa, Museum UIN-Ar-Raniry, dan Museum Ali Hasjmy Banda Aceh.
“Lestarikan budaya majukan pariwisata, adalah salah satu tagline yang kita gelorakan di seluruh museum. Saya tunggu kehadiran teman-teman, insyaallah akan menambah wawasan dan manfaat yang lebih banyak lagi,” ajaknya. (yr)
Posting Komentar